Daftar Isi
Tulisan ini akan saya buka pertama kali dengan salah satu narasi yg ada pada Vlog fiersa besari.
Pendakian pertama akan membuatmu memilih, antara kapok atau ketagihan. Sialnya, saya termasuk yang ketagihan.
Fiersa Besari
Yaps, ini adalah pendakian gunung Di Indonesia saya yang kedua sekaligus pendakian pertama saya menjelahi gunung yg ada di Jawa Tengah, yaitu Gunung Sindoro. Di mana pendakian yang pertama kali saya jelajahi adalah salah satu Gunung yang ada di Jawa Barat, yaitu Gunung Gede Pangrango.
Setelah melalui drama yang cukup panjang, penentuan jadwal yg carut marut, super sulit karena harus menyesuaikan jadwal yang tepat untuk saya dan teman-teman. Awalnya kami akan berangkat pada liburan panjang akhir pekan setelah pemilu. Namun setelah mempertimbangkan kembali dan menyesuaikan jadwal. Kami memajukan jadwal pendakian di 11-13 April 2019.
Perjalanan Jakarta-Wonosobo
Drama 1. Perjalanan saya hampir saja tidak jadi, ternyata ujian saya yang seharusnya dilaksanakan di tanggal 4 April diundur satu minggu kedepan menjadi tanggal 11 April 2019. Di mana seharusnya saya sudah mulai berangkat untuk perjalanan ke Wonosobo. Hati saya carut marut waktu itu. Tiket sudah harus dipesan via online karena khawatir tidak ada bis.
Namun qadarullah, semesta berkehendak kepada saya. Setelah bernegosiasi dengan dosen pengajar. Saya akhirnya diizinkan untuk tidak mengikuti UTS. Akhirnya, sayapun lega karena bisa berangkat sesuai jadwal.
Kami (saya dan teman-teman) berangkat dari Terminal Kampung Rambutan. Ini juga bisa dibilang drama yang ke 2. Terminal Kampung Rambutan jaraknya cukup jauh dari rumah. Begitupula susahnya transportasi dan kemacetan yang parah yang bisa mengkhawatirkan saya bisa telat untuk datang ke terminal.
Awalnya, kami memesan tiket salah satu agen bus melalui aplikasi handphone. Kami memilih keberangkatan melalui Jati Asih pada jam 19.00. Namun, pada H-1 tiba-tiba agen bus memberikan kabar kepada kami. Bahwa sebaiknya kami naik dari Kampung Rambutan. Mengingat tol JORR yang sangat macet. Sebenarnya bisa saja, kalau bus tersebut masuk ke Jati Asih. Namun pihak agen bus tidak bisa memastikan bus datang tepat waktu dan tidak bisa memastikan berapa estimasi keterlambatan waktunya.
Huft, akhirnya kami sepakat untuk pergi ke Kp Rambutan. Saya meminta izin ke HRD untuk pulang cepat. Karena khawatir jika pulang sesuai jadwal, bisa-bisa saya terlambat. Karena keberangkatan dimajukan menjadi jam 18.00.
Saya berangkat dari Bekasi ke Terminal Kampung Rambutan menggunakan sepeda motor. Di antar oleh orang yang sangat spesial di hidup saya. Awalnya saya tidak mau karena sangat merepotkan ia. Namun, karena dipaksa saya harus menerimanya. Kendati demikian, saya sangat senang. Menjadi moodbooster saya untuk pendakian ini.
Kami akhirnya bertemu dan berkumpul di terminal. Bus berangkat setelah maghrib sekitar pukul 18.30. Setelah melalui perjalanan yang panjang, kami tiba di Terminal Mendolo, Wonosobo pada pukul 04.40 WIB. Kami semua masih terlelap. Namun, dibangunkan karena ternyata sudah sampai.
Dengan wajah yang masih mengantuk dan nyawa yang belum terkumpul. Kami mengambil carrier yang ada di bagasi. Dan memastikan barang-barang tidak ada yang tertinggal. Finally, kami sampai Di Wonosobo!
Drama Sepatu Hilang
Setelah turun dari bus. Sangat kebetulan sekali ada bus jurusan Wonosobo-Magelang yang hendak berangkat. Kebetulan bus tersebut melewati base camp Desa Kledung, tempat kami mulai untuk mendaki. Kami ditawari untuk ikut naik dengan dikenakan tarif 15 ribu rupiah. Harga yang cukup sebanding menurut saya. Karena setelah dilihat. Jarak terminal ke BC memang lumayan jauh.

Kami tiba di basecamp pada pukul 05.00 WIB. semua carrier diturunkan dari bus tersebut. Namun, ada yang terlupa. Salah satu teman, Dimas. Baru teringat. Ia menaruh sepatu dibawah bangku tempat ia duduk. Saat di bus. ia memang tidak memakai sepatu. Hanya memakai sendal biasa. Ia duduk di samping saya persis. Namun, di tengah perjalanan kami berdua harus berdiri karena ada orang tua yang memang lebih layak untuk duduk.
Namun, ia melupakan sesuatu saat berdiri dari tempat duduk, sepatunya masih dibawah kursi bus. Dan akhirnya terbawa bus tersebut. Sialnya, ia baru ingat ketika bus tersebut belum terlalu jauh melaju. Namun, ketika dikejar bus tersebut semakin jauh. Alhasil, kami bingung bagaimana untuk memulai pendakian ini :D.
Beruntungnya, saya bawa sendal trail Kalibre yang memang dikhusukan untuk tracking. Saya menyarankan agar ia menggunakan sendal saya. Dimas mengiyakan. Rupanya, tidak sia-sia saya bawa sendal.
Drama Handphone Hilang
Setelah sampai base camp. Kami bergegas menaruh barang bawaan kemudian melanjutkan untuk shalat subuh di masjid base camp Kledung. Setelah shalat Shubuh, kami bertemu dengan Azmi, salah satu pendaki dari Jakarta. Ia seorang diri, setelah saya coba tanya. Bus yang ia tumpangi ternyata lebih dahulu 2 jam dari teman-temannya. Sehingga ia sampai lebih dahulu di Kledung. Namun, karena ia seorang diri. Di bus ia harus duduk di sampung orang yang tidak dikenal. Sialnya, orang yang tidak ia kenal ini ternyata punya niat jahat. Ketika azmi sedang terlelap dalam tidurnya di perjalanan. Tiba-tiba orang tersebut mengambil Handphonenya yang sedang diisi dayanya. Sehingga ketika ia terbangun. Handphone tersebut sudah berpindah tangan. Dan tidak ada di azmi. Sementara orang tersebut. Sudah turun, entah di mana.

Alhasil, karena rasa sesama antar pendaki. Saya perkenankan ia untuk menggunakan HP saya. Azmi lalu menghubungi teman-temannya. Sayang, tidak ada yang membalas. Ia pun kembali menunggu.
Drama Bertemu Solo Hiker (Solo = sendiri)
Ini akan menjadi drama yang mempunyai kisah seru dan inspirasi. Kami bertemu dengan seorang pendaki solo hiker yang ternyata keren.
Namun, cerita ini akan saya tuliskan pada artikel terpisah. :-). Sampai bertemu di kisah selanjutnya ya!