Pada tulisan sebelumnya, saya sudah bercerita bagaimana pengalaman mengikuti kegiatan Indonesia Outdoor Festival 2019. Turut ikut sertanya saya dalam acara tersebut, salah satunya adalah menaklukan puncak sindoro yang ada di Wonosobo sana.
Sebenarnya, Sindoro bukanlah tujuan utama. Tujuan utama saya hendak ke Gunung Prau. Namun, salah satu teman saya menginformasikan bahwa Gunung Prau sedang ditutup sampai 5 april 2019. Untuk pemulihan jalur, pembenahan trek, penambahan shelter, reboisasi, dll. Info lebih lanjut bisa dilihat disini: http://gunung-indonesia.com/penambahan-fasilitas-gunung-prau-dan-kenaikan-tarif-masuk-pendakian-tahun-2019/.
Semua ini bermula ketika saya dihubungi salah satu teman semasa SMK, Dimas. Anaknya memang cool, salah satu cowok idaman para wanita di SMK Negeri 1 angkatan itu. Ia saat ini sedang kuliah di Polimedia, hobinya travelling. Sama seperti saya. Ia juga tahu kalau saya suka naik gunung. Jadi ia mengajak saya bersama teman SMK saya yang lain. Rizci. Ia senior kalau soal dunia outdoor dan sudah cukup berpengalaman soal naik gunung. Jadi sedikit banyak saya harus belajar sama dia.
Di tahun 2019 ini bisa dibilang saya belum sama sekali piknik. Biarpun saya suka traveling tapi nggak ada dana ya mau ngomong apa :D. Menunggu hasil undian traveling dari kantor pun tak kunjung datang. Semesta nggak berpihak.
Waktu itu kami belum tahu, mau ke gunung mana. Karena prau ditutup, kami sepakat untuk ke Sindoro. Salah satu gunung yang diapit 3 gunung “S”. (Sindoro, sumbing, slamet). Saya agak takut, pengalaman saya naik gunung baru sekali. Itupun 2 tahun lalu, dan masih gunung yang ada di Jawa Barat.
Gunung yang akan dinaiki ini ada di Jawa Tengah, lumayan jauh dari rumah. Tentunya dari segi persiapan, harus sangat detail sampai hal sekecilpun tidak boleh disepelekan. Apalagi, setelah saya baca-baca. Sindoro ini salah satu gunung yang sulit ditemukan sumber mata air. Sehingga harus lebih prepare dalam membawa air.
Sumber gambar: https://www.instagram.com/p/BlSChzEAklB/
Gambar gabisa di-embed. jadi reupload
Awalnya kami sepakat untuk berangkat pada tanggal 17 April 2019, sehabis pemilu. Bertepatan dengan hari kejepit di tanggal 18. Karena tanggal 19 nya libur nasional juga. Hanya saja, cuti saya di tolak tanggal 18 nya. Agak sedih. Tapi ya sudah, mau gimana lagi. Alhamdulillahnya, tanggal 19 April hari jum’at libur. Sehingga saya bisa berangkat di tanggal 18 April sore di hari kamis. Kebetulan juga saya nggak ada jatah untuk standby engineer.
Setelah fix membahas jadwal, saya mengajak salah satu teman kerja saya. Ia memang belum pernah ikut pendakian. Walaupun baru pertama kali, semangatnya luar biasa. Raihan, panggillannya colamen. Orangnya ngeselin. Mungkin sampai puncak, ia orang pertama yang bakal saya “ceburin” ke kawah sindoro. Total, kami akan berangkat ber-4.
Dari segi persiapan alat personal, kelompok, maupun itinerary perjalanan sudah kami persiapkan. Kami mengandalkan google drive untuk berbagi dokumennya. Sehingga satu sama lain bisa saling menambahkan jika ada yang kurang.
Saya sendiri yang merancang kebutuhan untuk personal sebagian banyaknya. Setelah di list dan dibandingkan dengan peralatan saya. Ternyata banyak sekali yang belum saya punya. Salah satunya sepatu tracking, cooking set, headlamp, dll. Namun, sepatu yang paling urgent.

Saya memutuskan untuk menabung kembali. Alhamdulillah kebetulan kemarin dapat membeli sepatu New Balance All Terain 510 v4. Berdasarkan rekomendasi dari suhu-suhu pendaki ultralight di group fb. Setelah dirasa-rasa ternyata lumayan enteng dan nyaman. Enaknya, sepatu tersebut bisa digunakan untuk tracking, maupun running trail. Jadi kegiatan lari sore saya selepas pulang kantor pun bisa menggunakan sepatu ini. Salah satu pertimbangannya juga karena saya bakal sering solo hiking nantinya

Beberapa barang persiapan pun akan segera menyusul, ketika tabungannya sudah mencukupi huehehehehee. Travelling ini saya anggap sebagai salah satu aktivitas untuk menyegarkan otak setelah tiap hari berkutik di depan komputer/laptop
Naik gunung, dan meminimalkan penggunaan gadget saat pendakian adalah salah satu cara menikmati ciptaan yang maha kuasa yang begitu indah. Semoga pendakian kedua kali ini berjalan dengan lancar. Aaamin.
Perjalanan ini, akan sebisa mungkin akan saya dokumentasi detail per detailnya. Tunggu untuk tulisan selanjutnya ya 🙂
Teman hidup tidak diajak?
elu emang gak hidup col?